Terencana Pangkal Sejahtera
Scrooge Mc Duck (Paman Gober) dalam cerita Donal Bebek yaitu
Bekas penggali tambang emas yang ulet dan berhasil menjadi jutawan kaya raya, walaupun sudah kaya namun selalu teliti dalam mempergunakan uangnya.
Tentunya kita juga ingin kaya dan sejahtera, dan mempunyai kekayaan seperti Paman Gober, walaupun ada beberapa hal yang tidak boleh ditiru dari tokoh ini yaitu kekikirannya.
Menurut beberapa ahli perencanaan keuangan, penghasilan yang kita terima sebaiknya diatur penggunaannya dengan terencana.
Ada beberapa orang yang penghasilan setiap bulannya cukup besar,
namun baru sampai pertengahan bulan mereka sudah kehabisan uang.
Ada lagi sebagian orang yang penghasilannya paspasan, namun dapat menyekolahkan anak- anaknya hingga menjadi sarjana.
Bahkan ada yang dengan penghasilannya yang pas-pasan tersebut,
mampu mempunyai investasi yang bernilai harganya.
Bagaimana perencanaan keuangan yang baik?
Menurut pendapat beberapa ahli perencanaan keuangan,
Penggunaan penghasilan kita setiap bulan adalah untuk :
Kebutuhan (Needs),
Keinginan (Wants),
Hutang (Debts),
Tabungan (Saving),
dan jika masih memungkinkan untuk Investasi.
Kebutuhan (Needs),
Sebagian besar dari penghasilan kita (50%)
dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar. Adapun kebutuhan dasar biasanya meliputi :
Biaya makan atau belanja keperluan makanan sehari-hari,
Biaya keperluan rumahtangga sehari2, seperti: sabun cuci, sabun mandi, odol, dll,
Pakaian,
Biaya Listrik, Gas, Air dan Telepon,
Transportasi,
Uang sekolah dan kebutuhan sekolah anak lainnya, misalnya : buku, dll,
Iuran perumahan/ biaya kebersihan,
Gaji pembantu,
Biaya rutin perbaikan mobil/ motor seperti : ganti oli dll,
Biaya amal, atau pergaulan misalnya : Zakat, untuk membeli kado dll.
Hutang (Debts),
Jika ada hutang, pengalokasian terbesar kedua dari penghasilan bulanan adalah melunasi hutang-hutang, kurang lebih 30% dari penghasilan kita.
Hutang bukan merupakan hal haram selama merupakan hutang produktif.
Hutang produktif,
misalnya : untuk membeli rumah,
untuk membeli kendaraan agar lebih hemat biaya transportasi.
Hutang yang tidak produktif,
Misalnya : biasanya utk membeli elektronik atau HP yang mengikuti model,
hutang kartu kredit untuk membeli barang-barang yang tidak perlu.
Keinginan (Wants),
Hutang yang tidak produktif ini termasuk pos keinginan (Wants).
Yang namanya keinginan bisa saja untuk berbagai hal. Boleh punya keinginan, yang baik adalah keinginan yang terencana.
Dengan penawaran macam- macam barang di era konsumtif
Misalnya : potong rambut harus ke salon ternama.
Potong rambut sebenarnya adalah kebutuhan dasar untuk penampilan kita
yang Bekerja agar terlihat rapi, namun jika potong rambutnya harus salon
yang mahal itu sudah berubah menjadi keinginan.
Sama halnya
memberi kado atau angpau pada teman kita, jika kita memberikan sesuai
kemampuan kita dan merupakan bagian dari pergaulan kita, maka itu adalah
suatu kebutuhan. Namun jika karena posisi kita, memberikan kado atau
angpau tersebut berlebihan
karena ingin dipandang, maka kebutuhan tersebut sudah berubah menjadi
keinginan.
Tabungan (Saving),
Tabungan merupakan komponen yang harus disisihkan setiap bulan dari penghasilan kita. Seringkali yang kita lakukan adalah menabung sisa uang dari penghasilan bulanan yang sudah dipotong pengeluaran.
Padahal menurut para pakar perencanaan keuangan, yang seharusnya kita lakukan adalah menyisihkan dulu minimal 10% dari penghasilan kita untuk ditabung.
Investasi
Jika tidak mempunyai hutang, sebagian penghasilan kita dpt digunakan utk investasi. Investasi bisa berupa Deposito, Properti sewaan, Reksadana, Saham, Rumah kos-kosan,
logam mulia, valuta asing dll.
Ada beberapa investasi barang-barang koleksi tertentu seperti misalnya : jam, piano, lukisan,koin.
Namun investasi ini sangat berisiko jika kita tidak memahami sekali benda-benda
koleksi tersebut.
Bagaimana mau menabung dan investasi jika penghasilan kita selalu habis tiap bulan?
investasi ini bisa dilakukan pada saat kita mendapat penghasilan tambahan di luar penghasilan rutin, misalnya : pada saat mendapat Tunjangan Akhir Tahun, Bonus dll.
Sekecil apapun investasi yang bisa kita lakukan dengan perencanaan yang baik,
Akan kita terima buahnya pada saat kita tua kelak.
Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan agar kita dapat merencanakan keuangan keluarga dengan baik.
1. Memulai dari menentukan sasaran dan tujuan keuangan keluarga.
2. Mendata ulang semua informasi mengenai keuangan keluarga, sumber-sumber dari
mana saja yang memungkinkan untuk menambah penghasilan atau sumber kebocoran
pengeluaran.
Setelah kedua hal tersebut dilakukan, sebaiknya kita tertib dengan perencanaan yang telah dibuat.
Sebagai ilustrasi, ada cerita mengenai sebuah keluarga.
Sang suami adalah seorang yang praktis, yang berfikir yang penting mencari sekolah
baik dan mendidik anak dengan baik dirumah tidak harus sekolah yang mahal.
Uang yang digunakan untuk membiayai pendidikan dasar tersebut bisa ditabung
untuk membiayai biaya pendidikan tinggi di perguruan tinggi yang baik.
Sementara istrinya lebih memilih sekolah yang mahal untuk prestise, dengan risiko mereka tidak dapat mempunyai cukup uang untuk ditabung atau untuk membiayai kondisi darurat. Karena keinginan untuk menyekolahkan anak disekolah bergengsi tersebut, menyebabkan biaya bulanan untuk kebutuhan lebih dari 50% dari penghasilan.
Akibatnya jika suatu saat keluarga tersebut mengalami keadaan darurat misalnya :
anak atau orang tua sakit dan harus masuk rumah sakit, tidak ada dana tersisa karena sudah habis untuk membiayai kebutuhan bulanan.
Jika hal ini terjadi pada anda, akan bersikap seperti siapakah? Suami atau istri?
Apakah anda memilih menjaga prestise sekarang dengan menyekolahkan anak di sekolah mahal saat ini, namun pada saat anak anda akan melanjutkan ke pendidikan tinggi sudah tidak mempunyai simpanan cukup banyak.
Atau anda memilih untuk menabung saat ini, namun tetap dapat menyekolahkan anak hingga kependidikan tinggi yang baik?
Semua diserahkan pada anda.
Yang pasti, dengan merencanakan keuangan kita sejak dini pada saat tua kelak kita akan terjamin dan tidak tergantung pada orang lain.
Dan jangan lupa, dalam kesempitan kita ada kewajiban beramal yang tetap harus dilakukan.
No comments:
Post a Comment